ERDIKHA MORNING IDEA 28 APRIL 2022
View PDF
28 Apr 2022

MARKET REVIEW & IHSG OUTLOOK

Indeks pada perdagangan kemarin ditutup menguat pada level 7196. Indeks dibebani Transportation & Logistic (- 0.858%), Financials (-0.642%), Properties & Real Estate (-0.559%), Infrastructures (-0.555%), Healthcare (-0.222%), Technology (-0.071%), kendati ditopang oleh sektor Industrials (0.097%), Consumer Cyclicals (0.231%), Consumer NonCyclical (0.235%), Basic Materials (1.124%), Energy (2.406%) yang mengalami penguatan yang kurang signifikan. Indeks pada hari ini diperkirakan akan bergerak pada range level support 7175 dan level resistance 7230. 

Berpaling ke bursa saham AS, tiga indeks utama ditutup menguat. Dow Jones Industrial Average (DJIA) berakhir di posisi 33.286,68, naik 0,14%. Sementara S&P 500 finis 4.182,38 (0,17%) dan Nasdaq Composite ditutup 12.487,18 (0,03%). Sepertinya hawa technical rebound begitu kuat di Wall Street setelah terjadi koreksi besar pada perdagangan kemarin. Bahkan dalam sebulan terakhir, S&P 500 masih membukukan koreksi hingga lebih dari 7% secara point-topoint.

Sentimen pertama dari dalam negeri yaitu hari perdagangan terakhir sebelum libur panjang cuti bersama Idul Fitri. Aura liburan yang begitu kuat bisa menjadi penghalang bagi laju IHSG.

Sentimen kedua yaitu keputusan pemerintah soal nasib kelapa sawit. Setelah ramai beredar berbagai spekulasi, akhirnya pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) memutuskan untuk benar-benar melarang ekspor minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO) dan berbagai produk turunan kelapa sawit lainnya. Ini adalah sebuah kabar yang sangat besar. Indonesia adalah produsen sekaligus eksportir CPO terbesar dunia. Tanpa pasokan CPO dari Indonesia, dunia tentu bisa gonjang-ganjing. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), 11 negara yang menjadi pasar terbesar CPO Indonesia adalah China, India, Pakistan, Amerika Serikat (AS), Bangladesh, Malaysia, Mesir, Spanyol, Myanmar, Rusia, Filipina, dan Vietnam. Total nilai ekspor ke-11 negara tersebut menembus US$ 26,67 miliar tahun lalu. Sementara itu, nilai ekspor Januari-Maret 2022 ke 11 negara sudah menyentuh US$ 6,15 miliar. Pada Januari-Maret 2022, India menjadi importir terbesar untuk Indonesia. India mengimpor CPO Indonesia senilai US$ 6,15 miliar. Nilai tersebut lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat US$ 5,78 miliar. Dilansir dari The Economic Times, Indonesia memasok sekitar 50% kebutuhan impor CPO untuk India sementara untuk Pakistan dan Bangladesh angkanya lebih tinggi lagi yakni 80%.

Tidak hanya bagi dunia, Indonesia pun bisa merasakan 'sakit' akibat larangan ekspor CPO. Pada Januari-Februari 2022, nilai ekspor minyak kelapa sawit tercatat US$ 4,05 miliar. Angka ini berkontribusi 10,73% terhadap total ekspor nonmigas. Sepanjang 2021, nilai ekspor minyak kelapa sawit adalah US$ 28,52 miliar, melonjak 54,61% dibandingkan 2020. Tahun lalu, ekspor komoditas ini menyumbang 13,01% terhadap ekspor non-migas. Oleh karena itu, terlihat nyata bahwa CPO adalah salah satu penyumbang devisa utama bagi Indonesia. Tanpa devisa dari ekspor CPO, maka kemungkinan besar rupiah tidak akan punya pijakan untuk menguat. Tekanan terhadap rupiah sepertinya bakal terjadi.

Selain itu, CPO juga punya sumbangsih yang nyata buat Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Ini tampak nyata di pos penerimaan Bea Keluar (BK). APBN 2022 menargetkan pendapatan BK sebesar Rp 5.92 trilun. Hingga akhir Maret, realisasinya sudah Rp 10,7 triliun atau 180,88% dari target, nyaris dua kali lipat. Padahal masih ada sembilan bulan lagi. Tanpa penerimaan BK dari CPO, maka pemerintah harus mencari cara lain untuk menutup lubang tersebut. Salah satunya adalah menambah utang. Padahal menambah utang bukan perkara mudah. Selain risiko politik, risiko pasar juga sedang tinggi karena tren kenaikan suku bunga global. Pada 25 April 2022, imbal hasil (yield) obligasi pemerintah Indonesia tenor 10 tahun mencapai 7,043%. Kali terakhir yield berada di atas 10% adalah pada Juli 2020. Namun, sepertinya tekad pemerintah sudah bulat. Jokowi menegaskan larangan ekspor CPO dan produk-produk turunan sawit lainnya bertujuan agar harga minyak goreng turun. (source : CNBC Indonesia)